Lifestyle

Serunya Berinteraksi dengan Teman-Teman Tuli di Kopi Tuli

The Taste That Touch Your Heart

Pertama kali mendengar nama “Kopi Tuli”, saya langsung penasaran dengan konsep dari coffee shop tersebut. Rasa penasaran itu berawal dua pekan lalu ketika saya berkesempatan datang ke acara Action Fest Indonesia persembahan dari UNICEF di Universitas Indonesia. Saya ikut seminar di salah satu chamber yang membahas tentang kewirausahaan, dan ada Mas Adhika Prakoso sebagai salah satu co-founder dari Kopi Tuli mempresentasikan usahanya.

Dengan bahasa isyarat, yang tentunya bersama interpreter-nya, Mas Adhika dengan lugas menjelaskan ketika dia dan dua rekannya, Mbak Tie dan Mas Erwin, kesulitan mendapat pekerjaan dikarenakan mereka merupakan penyandang disabilitas. Sempat merasa terdiskriminasikan, namun kemudian dia dan kedua sahabatnya tak pantang menyerah dan berhasil mendirikan sebuah coffee shop dengan konsep yang berbeda dari yang lainnya.

Adhika Prakoso, Co-Founder KopTul. sumber: @koptul.id

 

Putri Santoso, Co-Founder KopTul. sumber: @koptul.id

 

Erwinsyah Putra, Co-Founder KopTul. sumber: @koptul.id

Presentasi yang dibawakan, jujur buat saya terharu sekaligus terinspirasi. Bagaimana tidak, orang yang mungkin dianggap memiliki kekurangan malah justru bisa berbuat lebih maju. Coffee shop yang digagas dari tiga sekawan ini bisa bilang sangat fresh karena saya rasa belum ada sebuah kedai kopi dibangun oleh penyandang difabel.

Setelah mendengar presentasi Mas Adhika tentang Kopi Tulinya atau lebih dikenal dengan KopTul, akhir pekan lalu saya punya kesempatan untuk nongkrong di kedai kopi tersebut. Saya mengunjungi cabangnya yang ada dibilangan Duren Tiga, Jakarta Selatan. KopTul pertama kali dibangun di daerah Depok dan kemudian untuk lebih menjangkau teman-teman di Jakarta, KopTul membangun cabangnya di daerah Jakarta Selatan.

Ketika sampai di sana, saya langsung bertemu dan dilayani oleh Mbak Thie Santoso. Saya sudah familiar dengan muka salah satu co-founder-nya itu sebenarnya, karena sebelumnya saya sudah stalking akun Instagram KopTul dulu. Dengan keterbatasannya bicara beliau menyapa dengan hangat dan memperlihatkan menu-menu dari KopTul dan saya memutuskan untuk memesan satu cup kopi dengan nama Kosu Wings.

Abjad Bahasa Isyarat di cup Kopi Susu Wings.

Suasana pertama kali masuk ke coffee shop sore itu tidak begitu ramai, hanya ada beberapa pengunjung yang datang. Setelah kopi pesanan datang, saya nikmati tiap tegukkan Kosu Wings dengan rasa kopi yang tak begitu strong namun tak menghilangkan cita rasa dari kopinya dan rasa manisnya yang drinkable. Rasanya yang pas banget untuk seseorang yang tak begitu suka minum kopi seperti saya. Bisa dibilang, bagi saya meminum kopi itu hanya sekedar aktivitas yang dilakukan di kantor dan hanya dipesan kalau sedang nongkrong dengan teman-teman di kedai kopi. Sesederhana itu hahaha.

Baca juga: Ketupat Sayur Bopet Mini, Lamak Bana!

Kopi Tuli memperkerjakan Teman Tuli sebagai Baristanya

 

Barista KopTul sedang meracik pesanan.

Tapi dibalik “dinginnya” saya akan ketertarikan kopi, saya merasakan jelas kehangatan ketika saya masuk ke KopTul dan ketika duduk sendirian menunggu teman-teman saya menyusul ke coffee shop dengan tiga lantai itu. Saya dilempari senyuman dari tiap orang di sana. Entah mungkin saya yang rupawan hahahah atau memang di sana orangnya ramah-ramah ya.

Beruntungnya saya, di sana saya juga sempat bertemu dan bisa ngobrol beberapa hal dengan salah satu co-founder-nya, Mas Erwin. Keterbatasan bicara tidak menghalangi kami untuk ngobrol banyak. Beliau sangat mahir membaca gerak mulut saya ketika bicara, dan keterbatasan saya akan bahasa isyarat rupanya juga bukan berarti saya tak bisa menangkap poin apa yang dibicarakan Mas Erwin. Karena Mas Erwin sangat telaten menyampaikan maksud dari pembicarannya.

Di sela-sela percakapan kami, saya meminta kepada Mas Erwin untuk diajarkan bahasa isyarat. Menarik banget rupanya ketika akhirnya bisa ngobrol dengan bahasa isyarat. Obrolan dengan Mas Erwin membuat saya bertanya banyak hal, diantaranya apa motivasi ketiga sekawan itu membuat KopTul ini. Mas Erwin bilang kalau selain karena sulitnya mendapatkan perkerjaan, ketiga orang-orang hebat itu ingin KopTul menjadi sebuah tempat untuk para teman tuli dan teman dengar berinteraksi satu sama lain tanpa harus ada batasan komunikasi.

Semakin sore menjelang malam, suasana KopTul saat itu semakin ramai. Banyak teman tuli dan teman dengar yang datang dan menghabiskan waktu bersama. Tak hanya Mas Erwin, sore itu saya juga sempat ngobrol dengan beberapa pengunjung di sana dan belajar beberapa bahasa isyarat dengan teman-teman tuli baru saya. Salah satunya, Bagja, teman tuli baru saya ini merupakan mahasiswa penyiaran di Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis. Dari obrolan saya dengan pria kelahiran 1994 ini kalau Bagja juga aktif sebagai paskibra di kampusnya. Pria berkacamata ini juga mengajari saya beberapa bahasa isyarat nama-nama daerah di Jakarta. Ah… Andai kata-kata bisa mempraktekkan bahasa isyarat yang sudah diajarkan Bagja kepada saya, saya dengan bangga mempraktekkannya di tulisan blog ini.

Suasana Sabtu Malam di KopTul

 

Saya juga sempat berkenalan dengan Sukma. Gadis berkerudung yang dengan santun memperkenalkan dirinya. Dia merupakan salah satu orang yang sangat concern dengan bahasa isyarat di Indonesia. Sebagai teman dengar dari teman-teman tuli, dia ingin menempas diskriminasi yang terjadi kepada teman-teman tunarugu.

Saya dan Teman-Teman Berkomunikasi dengan Bahasa Isyarat.

Di akhir obrolan dengan Mas Erwin, beliau bilang bahwa Kopi Tuli punya keinginan untuk membuka kelas bahasa isyarat kedepannya dalam waktu dekat ini. Beliau juga berharap Kopi Tuli ini bisa menjadi jembatan komunikasi antara teman tuli dan teman dengar sekaligus juga agar Kopi Tuli ini bisa memperdayakan teman-teman tuli melalui industri kopi.

“Salut dan luar biasa” menjadi kata yang sangat tepat untuk menggambarkan kesan pertama kali kedatangan saya ke coffee shop ini. Sukses terus Kopi Tuli! Saya berharap dengan hadirnya Kopi Tuli ini bisa membuat Indonesia lebih ramah lagi dengan bahasa isyarat. Aamiin…

Jadi, kapan nih kamu datang ke Kopi Tuli?

Suasana Malam Sabtu di Kopi Tuli

 

Teman-teman Tuli Nongkrong di Teras Kopi Tuli

 

Firdaus Soeroto

He is the second child of three children coming from a humble family background, and he is feeling blessed to be where and what he is today.

Related Articles

16 Comments

  1. Semoga menjadi inspirasi buat Kita,,untuk teman Kita yang mempunyai kekurangan, mereka pun bisa kreatif, peduli, punya tanggung jawab, kebersamaan untuk mewujudkan impiannya

  2. Saya tidak terlalu suka membaca, tapi ketika saya buka artikel ini,
    Ntah kenapa rasa seketika ingin trus melanjutkan, dan sampai terakhir
    Jujur
    Saya ingin sekali ketempat itu, dan ingin sekali melakuakn apa yg kamu lakukan disana…
    Kereennnn brader👍🏻👍🏻

  3. jadikanlah kekuranganmu sbg kelebihanmu, ini yg patut dicontoh harus bisa berkarya walau ada keterbatasan, keterbatasan bukan alesan untuk tidak bisa maju dibanding yg lainnya, sangat menginspirasi, sukses terus kopi tuli semoga tdk hanya dikopi saja, mungkin saja nanti ada pizza tuli burger tuli dan lain2 #proud👏

  4. Four thumb ( yang 2 lagi pinjam jempol kamu ya) buat founder kopi tuli ini.
    Hal hal seperti ini harus disupport. Saya pasti akan kesana dan share tentang tempat ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button