Culinary

Nyicipin Makanan Jepang di Little Tokyo Blok M

Gak tau kenapa, cuaca dingin selalu buat gua laper. Apalagi Jakarta akhir-akhir ini sering banget turun hujan, udah lah yang ada ya laper terus haha… Pekan lalu, sepulang kantor, gua dan teman-teman kantor gua sepakat untuk pergi ke daerah Little Tokyo di daerah Blok M.

Buat lo yang mungkin belom tau, kawasan Blok M di Jakarta Selatan ini terkenal banget dengan kawasan Little Tokyo-nya Jakarta. Gak heran kalau banyak banget restoran-restoran, tempat hiburan bahkan sampai ke supermarket-nya banyak yang mengadaptasi budaya-budaya Jepang.

Malam itu, kami melaju menerjang rintik-rintik hujan dengan motor kami. Menuju ke salah satu restoran Jepang di kawasan itu. Nama restorannya King of Yakitori Choushuriki Jakarta, atau para pengunjung yang udah kenal tempat ini sering menyebutnya Choushuriki.

Tanda Pengenal Choshuriki di Pintu Restoran

Kami parkir motor kami di seberang jalan dari restoran itu, karena memang restoran Jepang itu gak ada lahan buat parkir. Sampai di depan restoran gua sempet bingung yang mana restorannya, karena mereka memasang tanda pengenalnya itu kecil banget.

Tanda Pengenal Choshuriki di Pintu Restoran

Ketika masuk, jujur, gua langsung terpesona bahkan hampir terlihat norak, hampir doang tapi. Interior dari restoran yang hanya berlantai satu itu terlihat seperti kedai sederhana yang biasa kita lihat kalau di film-film Jepang gitu. Tanpa habisin waktu, langsung deh gua foto-foto setiap sudut restoran Jepang itu.

Ada ruangan tempat makan lesehan khas kayak di Jepang, ada juga yang pakai meja kursi dan ada yang seperti meja bar. Kami pilih untuk duduk di kursi dengan meja bar yang pemandangannya langsung ke arah para chef masak pesanan orang-orang.

Meja Bar di Choshuriki

Berlokasi di jalan Melawai dekat Blok M Square persis di samping kanan Amoz Cozy Hotel, restoran ini buka dari pukul 5 sore sampai 12 malam. Menyuguhkan cukup banyak menu-menu Jepang, yang gua kebanyakkan gak tau apaan itu.

Setelah diberi saran oleh Kuro, salah satu teman kantor gua, akhirnya kami semua sepakat memesan menu Omakase yaitu menu sate-sate Jepang tapi dihidangkannya terserah dari chef-nya mau kasih jenis sate apa ke kitanya. Karena kami semuanya Muslim, jadi chef sudah pilah-pilih jenisnya juga.

Menu Omasake di bagi menjadi beberapa porsi, ada yang 5 tusuk sate dengan harga Rp60.000, ada 7 tusuk dengan harga Rp80.000, ada yang 10 tusuk yang dibandrol dengan harga Rp110.000 dan yang terakhir lo juga bisa milih non-stop Omasake. Non-stop Omasake itu artinya lo akan dihidangkan sate-sate yang dipanggang sama chef -nya sampai lo bilang “stop” dan chef bakalan berhenti juga hidangin satenya buat lo. Kalau belum kenyang ya tinggal minta lagi satenya. Untuk harga non-stop Omasake tentunya bakalan disesuaikan sama berapa sate yang udah lo santap. Mantap, kan?

Waktu itu kami nyobain Omasake 10 tusuk, dan para chef-chef mulai deh nyiapin semua sate-satenya. Gua exited banget ngeliat mereka masak sate-sate kami. Mulai tercium aroma bumbunya yang dipanggang ngebuat gua gak bisa lagi nahan laper waktu itu.

Gak perlu waktu lama, chef-nya udah mulai menyuguhkan sate jenis pertama dan selanjutnya-selanjutnya. Mulai dari sate telur puyuh, sate dada ayam, sate jamur shitake, sate jantung ayam, sate terong dan macem-macem sampe lupa. Yang penting enak aja, dan halal tentunya. Dengan ditemani teh ocha hangat kami mulai santap satu per satu jenis satenya. Sate-sate lezat nan nikmat itu biar lengkap makannya harus disantap pakai shoyu (kecap asin) dan shichimi (bubuk cabai kering).

Restoran Choushuriki ini tak banyak orang yang tau sebenarnya, karena mereka tidak mengelolah sosial media atau pun website untuk marketing tempat makan ini. Melainkan dari mulut ke mulut aja. Contohnya, gua pribadi yang akhirnya bisa ke sana dan kenal tempat itu karena Kuro, teman kantor gua. Dan rupanya si Kuro pun tau tempat makan itu dari teman-temannya yang gemar makan makanan Jepang juga. Pas ditanya ke pelayannya, mereka gak tau juga.

Tak heran kalau para pengunjung yang datang ke Choshuriki ini rata-rata adalah para pengunjung setia, ya karena mereka yang selalu datang semuanya hanya tau informasi tentang restoran Jepang ini dari kerabat atau teman-teman lainnya. Atau mungkin nantinya, setelah orang-orang baca blog ini hehe…

Ngomongin soal setia, di rak-rak dekat chef-chef meracik sate yang kami pesan, banyak terdapat botol-botol yang terisi simpanan sake atau beer dari para pengunjung setianya yang ketika ke sana memesan atau membawa sake sendiri namun gak abis terminum. Nah, biasanya kalau mereka gak abis minumnya, nitip tuh di sana yang nanti kalau mereka datang lagi jadi tinggal ambil sake simpanannya aja deh.

Rak di Choshuriki yang penuh dengan sake dan beer simpanan para pengunjung

 

Di Choshuriki juga, kalian akan disuguhi dengan acara yang disiarkan langsung dari Jepang atau musik atau berita-berita Jepang. Kalau lo gak ngerti apa yang diucapin, ya pokoknya tonton aja buat hiburan. Di sana juga dindingnya banyak dihiasi dengan poster-poster Jepang, kaus-kaus khas Jepang dan disediain majalah-majalah lama Jepang yang menambah suasana tradisional khas Jepang. Gua sih gak sempet ngebaca ya, toh gak ngerti juga.

Ornamen di dalam toilet Choshuriki

Setelah sate yang kami santap habis, kami memesan menu lainnya lagi di sana. Dan di pesanan kedua kami memilih Nasi Kepal Bakar khas Jepang. Kalau kalian pernah nonton kartun Jepang tiap Minggu pagi waktu kecil, pasti udah gak asing liatnya. Dengan harga Rp22.000 satunya, nasi kepal bakarnya punya rasa yang biasa aja.

Nasi Kepal Bakar

Setelah kenyang, waktunya pulang dan bill pun datang. Malam itu, kami berlima merogoh kocek Rp946.000 untuk makan di Choshuriki. Tapi itu karena si Kuro nambah makan lagi, dia pesan Hiyama setengah porsi dengan harga Rp50.000. Hiyama itu salah satu menu khas di Choshuriki. Hiyama dihidangkan dalam satu mangkuk berisi nasi hangat, daging ayam, telur setengah matang dan sedikit sayuran dengan saus-saus khas Jepang. Untuk menu Omasake 10 tusuknya sih menurut gua cukup wajar kalau harganya segitu. Jujur, gua suka banget nyantap sate-satenya.

Dibalik cerita-cerita negatif tentang suasana malam Little Tokyo yang ada di Blok M ini, tapi gua masih bisa ngerekomendasiin Chosuriki sebagai salah satu restoran Jepang di Little Tokyo yang wajib dikunjungi dan dicoba menu-menunya. Apalagi buat lo yang suka banget dengan sesuatu yang bernuansa Jepang. Satenya enak, sumpah!

So, tertarik ke Choshuriki? Gua siap kok jadi temen makannya, asal dibayarin ya.

Firdaus Soeroto

He is the second child of three children coming from a humble family background, and he is feeling blessed to be where and what he is today.

4 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button