Menyingkap Daya Pikat Angkor Wat
Tiga hari setelah menyelusuri Vietnam, saya dan tiga travel mate saya melanjutkan perjalanan ke negeri tetangganya Vietnam, yaitu Negeri Hell on Earth, Kamboja atau dalam bahasa Indonesianya “Neraka di Dunia”. Negeri yang dulunya memiliki peristiwa kelam ini di mana banyak suku Khmer, yaitu suku asli Kamboja, diintrogasi dan dibunuh oleh komunis radikal Khmer Merah yang dipimpin Pol Pot alias Saloth Sar.
Kalau kita melihat balik sejarahnya, Kamboja menyimpan cerita yang amat mengerikan dan menggegerkan dunia. Hampir dua juta orang Kamboja dibantai oleh rezim Khmer Merah dalam kurun waktu empat tahun Pol Pot berkuasa. Sebenarnya Kamboja sudah merdeka pada 9 November 1953, namun saat itu Kamboja dipimpin oleh raja Norodom Sihanouk kemudian beralih ke Marsekal Lon Nol dengan pemimpinan yang buruk dan korup. Alih-alih memberikan kebebasan dari rezim pemerintahan sebelumnya, malah ternyata pembebasan yang dijanjikan oleh Pol Pot menjadi awal masa kegelapan rakyat Kamboja.
Namun, dibalik sejarah kelamnya, Kamboja menyimpan tempat-tempat indah yang luar biasa. Salah satunya adalah Angkor Wat, yang menjadi simbol kebanggaan masyarakat Kamboja. Ini lah perjalanan saya menelusuri Angkor Wat.
Tiba di Siem Reap, Kamboja.
Pesawat kami take off dari Hanoi, Vietnam pukul 5 sore dan memerlukan waktu 2 jam untuk bisa sampai ke salah satu kota yang ada di Kamboja, yaitu Siem Reap. Alasan kami memilih Siem Reap ketimbang Phom Penh, karena di sini lah terdapat sebuah kawasan bersejarah yang ingin sekali kami kunjungi.

Pukul 7 malam, kami tiba di Siem Reap International Airport. Kami mendapat kenalan warga Kamboja bernama Pak Nassir dari Bang Rendra, anaknya Bundo Mei, yang pernah ke Kamboja sebelumnya. Pak Nassir adalah penduduk asli Kamboja beragama Muslim yang membantu kami mencarikan transportasi ketika kami sampai di Siem Reap.
Sehari sebelumnya, Mbak Agnes mencoba menghubungi Pak Nassir untuk membantu kami mencarikan transportasi. Di malam kedatangan, kami disambut hangat oleh Slamy, salah satu pengemudi tuk-tuk yang sudah ikut bekerja sama dengan Pak Nassir. Karena perut kami sudah keroncongan, ia langsung mengantarkan kami ke Restoran Backpacker Halal milik Pak Nassir.
Selama perjalanan menuju restoran, suasana malam akhir pekan di Siem Reap tampak sepi. Kalau kalian pernah ke Pulau Belitung, kira-kira jalannya dan suasannya sama kayak gitu. Tuk-tuk melaju dengan cepat, mungkin karena Slamy tahu kali ya kita semua udah kelaparan.

Sekitar 20 menit dari bandara, sampailah kami di Restoran Backpacker Halal. Pak Nassir sudah menunggu kedatangan kami di sana. Setelah berkenalan, kami langsung duduk dan memesan beberapa menu khas yang disediakan. Seperti namanya, restoran ini menyajikan banyak sekali menu-menu halal khas Melayu, bahkan nasi goreng pun ada lho! dan pilihan saya jatuh pada spicy sour soup, yaitu sup kuah kuning Kamboja sebagai lauk makan malam. Rasa pedas asamnya yang khas memberikan kesegaran ditambah lagi dengan potongan ikan yang sumpah enak banget. Selain itu kami juga pesan lauk lainnya, yaitu sayur bunga brokoli dan telur dadar sebagai pelengkap menu kami.

Sedikit bicara soal pemilik restoran halal itu, rupanya Pak Nassir dan keluarganya pernah tinggal di Malaysia, itu kenapa beliau bisa bicara bahasa Melayu. Jadi kami lebih mudah berkomunikasi satu sama lain. Pak Nassir adalah orang Kamboja asli keturunan dari etnis Cham –salah satu etnis yang ada di Kamboja– yang mayoritas beragama Islam. Suku Cham berasal dari daratan bagian utara barat (yang merupakan bagian dari daerah Vietnam) dan sudah tersebar ke berbagai daerah di Asia Tenggara. Jumlah terbesarnya ada di Kamboja yang kini bercampur dengan etnis Khmer dan menjadi etnis kedua terbesar yang ada di Kamboja.
Dengan ditemani nasi hangat, kami santap semua makanan dengan lahap. Semua menu makanan sederhana itu, kami perlu membayarnya sebesar US$8. Ya… Pakai US Dollar. Memang sih mata uang Kamboja adalah Riel, tapi selama pengalaman saya di Kamboja, mau beli apa saja, semuanya bayar pake US Dollar. Bahkan orang yang jual asinan pinggir jalan sampai jual tempelan kulkas aja kudu bayar pake US Dollar, coba lo bayangin?! Bukannya apa-apa sih, tapi kasihan banget ya mata uang Riel di sana seperti tidak dianggap di rumah sendiri. Yaaah… Itu mungkin saja jadi salah satu keunikan di Kamboja.
Setelah perut sudah kenyang, waktunya kami pergi ke hostel yang sudah kami booking sebelumnya dan Slamy sudah siap mengatarkan kami ke sana. Tak jauh, hanya 5 menit kami sudah tiba di Hostel International Siem Reap Deluxe. Hostel ini cukup recommended untuk kalian yang mau ke Siem Reap karena letaknya yang cukup dekat dengan pusat keramaian, bahkan terdapat Night Market yang dapat kami jangkau dengan hanya berjalan kaki saja. Kami berempat booking sebuah family room yang terdiri dari satu king-size bed dan satu pasang ranjang tingkat.


Dengan harga pesan online melalui salah satu aplikasi pesan hotel, kami mendapat harga yang cukup terjangkau. Dengan merogoh kocek Rp305.000 per malam, yang berarti kami hanya perlu membayar Rp75.000an per orang per malam dan sudah termasuk dengan sarapan.

Sebelum Slamy pergi, kami berpesan untuk menjemput kami di hostel jam 4:45 pagi untuk mengantar kami ke Angkor Wat. Kami memang ingin pagi-pagi banget pergi ke Angkor Wat karena kami ingin melihat matahari terbit di sana. Karena selama di Vietnam, kami tidak sempat menikmati indahnya matahari terbit.

Baca juga: Menelusuri Kultur Vietnam dan Keindahan Alamnya
Perjalanan Ke Angkor Wat
Setelah ibadah pagi dan bersiap semua, kami pergi dengan Slamy menuju Angkor Wat. Tuk-tuk melaju dengan cepat menuju situs bersejarah yang keren itu. Satu hal yang bikin kesel, pagi itu hujan turun rintik-rintik dan selama perjalanan kami sudah menduga-duga pasti pagi itu kami gak bisa lihat sunrise lagi. Walaupun hujan dan udara subuh yang semakin dingin, hal itu tidak membuat mood kami down gitu aja sih karena obrolan dan gurauan kami di tuk-tuk dapat menghangatkan perjalanan kami ke Angkor Wat. Hadeh!
Sesampainya di sana, kami langsung menuju antrean dan membeli tiket masuk untuk satu hari penelusuran di komplek Angkor. Karena komplek Angkor yang cukup luas dibutuhkan beberapa hari untuk mengetahui seluruh dari kawasan itu, namun kami hanya memilih satu hari saja untuk menjelajahi sebagian candi-candi di sana. Ada tiga jenis tiket yang ditawarkan; tiket one-day trip, three-day trip dan seven-day trip.

Dengan harga US$37 atau sekitar Rp542.000an tiket kami valid untuk satu hari berkeliling di sana. (Mahal ya cuy buat masuk candinya haha). Oh ya, kalau mau ke Angkor Wat, pastikan kamu berpakaian rapi dan sopan ya, selain karena untuk menghormati tempat ibadah, kamu juga bakalan difoto ketika membeli tiket masuknya.

Tiba di Angkor Wat
Slamy mengantarkan kami masuk ke kawasan Angkor. Rupanya jarak dari pembelian tiket ke kawasannya lumayan jauh juga. Hujan makin deras, dan tentu saja membuat kawasan menjadi lebih dingin dan tertutup kabut. Kami sudah di tiba dan karena harga tiket yang mahal, kami gak mau menyia-nyiakannya.
Sampai di kawasan Angkor, di sana kami bertemu dengan beberapa tour guide yang menawarkan jasanya untuk menemani kami berkeliling sambil menjelaskan sejarah Angkor Wat. Kami putuskan untuk menyewa tour guide dengan harga US$10. Ka, tour guide kami selama di sana, mulai menjelaskan sejarah dengan lugas. Dapat informasi dari Ka kalau Angkor Wat ini adalah candi terbesar di kawasan Angkor dan yang masih lebih utuh daripada candi-candi lainnya. Awalnya, Angkor Wat ini adalah merupakan kuil umat Hindu yang dibangun pada masa pemerintahaan Raja Suryavarman II untuk dipersembahkan pada Dewa Wisnu.
Pada akhir abad ke-12, Kuil Hindu terbesar di dunia ini dialihfungsikan menjadi candi umat Buddha oleh Raja yang menjabat pada masa itu. Karena penasaran, saya bertanya dengan Ka apakah pada masa itu tidak ada chaos yang terjadi selama pengalihfungsian dari Kuil Hindu ke Candi Buddha. Menurut info dari Ka, para penduduk yang sangat taat dengan Raja, akhirnya mereka patuh dengan hal tersebut.

Selama pemantauan saya di sana, Angkor Wat masih ada beberapa relief dan bentuk-bentuk khas Hindu yang melekat. Hal itu dibenarkan oleh Ka, karena tak sedikit para peziarah yang datang, mereka beribadah menyembah Buddha namun tidak melupakan Dewa Wisnu sebagai salah satu dewa dari agama Hindu.



Sempat saya berkeliling sendirian sebentar. Berkeliling sambil melihat para biksu beribadah di sana. Selama saya berkeliling itu, saya melihat keunikan dan keanehan yang membuat saya penasaran. Saya melihat bentuk patung-patung Buddha dan relief-relief di Angkor Wat berbeda dari yang ada di Candi Borobudur. Saya mengamati wajah dari patung Buddha dan relief penari, yang setelah saya tanyakan Ka, beliau bilang kalau bentuk patung Buddha dan relief dari para Aspara itu didesain menyerupai bentuk wajah orang Kamboja. Unik ya…
Mengunjungi Tempat Syuting Film Tomb Rider
Selain keindahan dan sejarahnya, yang menjadi salah satu daya tarik kawasan Angkor adalah terdapatnya akar-akar pohon di Candi Ta Prohm yaitu yang menjadi tempat syuting Tomb Rider yang dibintangi oleh Angelina Jolie. Sejak itu, Candi Ta Prohm langsung menjadi terkenal dan menjadi candi teramai kedua yang ada di kawasan Angkor ini.

Menurut sejarah yang saya ketahui, Candi Ta Prohm dahulunya merupakan sebuah biara dan universitas bagi para biksu dan penari. Kejatuhan kerajaan Khmer di abad ke-17 membuat candi ini ditinggalkan dan dilupakan. Yang akhirnya, banyak pohon-pohon besar dengan akar yang besar pula menyelimuti candi ini.
Dipenghujung perjalanan saya dan tiga travel mate saya di Angkor Wat, saya sempatkan untuk berfoto di depan pintu masuk Angkor Wat, yang mana tempat itu menjadi simbol kebanggaan masyarakat Kamboja dan menjadikan Angkor Wat sebagai lambang bendera nasional Kamboja. Dan mungkin, Kamboja adalah satu-satunya negara di dunia yang menggunakan simbol bangunan pada bendera negaranya.

Dibalik sejarahnya yang kelam, Kamboja memperlihatkan daya tarik Angkor Wat yang menawan. Ayo datang dan nikmati langsung keindahan setiap sudut dari Angkor Wat, Siem Reap, Kamboja.

Saya pualng dari sana baru tau sejarah kelamnya kamboja. Seandainya tau dari awal mungkin akan bekunjung ke situs sejarahnya.
Tulisan mas firdaus mengingatkan perjalanan saja kesana. Disana mata uangnya memang tidak berarti saya pernah makan dengan membayar pakai ringgit dan baht.
Terima kasih sudah mampir. Semoga bisa bernostalgia ya
Wah keren, kak mau minta itinerary dong. Sepertinya awal tahun depan mau pergi ke sana
Thanks… Boleh kontak aku di IG ya. Terima kasih.
Saya sampai sekarang masih bingung bagaimana pemerintah negara ini bisa hanya diam saja melihat mata uang negaranya tidak dianggap sama sekali. Apa yang ada di benak para pemimpin negara tersebut? Coba kalau hal serupa terjadi pada masa Kabinet Kerja?! HEUHEUHEU
Waduh jangan deh kalo sampe kejadian di Kabinet Kerja Indonesia haha
Merasa dejavu dengan ukiran di Angkor Wat, serupa dengan Borobudur.. Itu membuktikan bahwa kita masih dari rumpun etnis yg sama yaitu Melayunesia.. Cmiw.. 😀
Iya. Tapi mereka bukan suku Melayu tau. Mereka suku Cham yang kebanyakkan mereka bisa bahasa Melayu.
Duh…jadi kangen lagi kesana..
Boleh. Asal jangan kentut terus ya haha
Moment yang menyenangkan 😎
Iya kak. Alhamdulillah
wah mainnya jauh yaa kak..
seru sekali btw
Masih ada yang main lebih jauh tau haha. Terima kasih udah mampir ya.
Wow.. kok aku gatau kenapa ikutan sedih ya pas baca mata uang riel kayak nggak laku gitu di negaranya sendiri..
Btw.. baru tau kalo awalnya buat ibadah hindu terus jadi buddha
Iya haha. Nah itu yang buat seru pelajarin sejarah Angkor Wat, Mbak Len.
Wihh mahal juga tiket masuk angkor wat.
Kok bisa mata uang sendiri nggak berharga gitu, pemerintahannya ke mana itu. Kok jadi ikutan kesal bacanya.
Iya cukup mahal ya haha. Iya sama kadang bikin kesel, mana dollar lagi naik pas ke sana haha
Alhamdulillah ya Kak Rezim Khmer Merah tidak ‘mengganggu’ Angkor Wat. Namun saya sedikit ‘terganggu’ dengan sikap sebagian warga yang lebih memilih mata uang asing. Saya jadi teringat, beberapa waktu lalu liburan di salah satu pulau perbatasan dengan negara tetangga. Beli apa 2 dengan US$ atau sing $. Berasa bukan di Negeri sendiri.
Hahaha itu jadi salah satu keunikan Kamboja, mungkin.
Wahhhh, serius itu mata uang negara sendiri tidak laku? Kok miris ya. Apa yang salah ya sampai bisa terjadi seperti itu?
Btw destinasi wisatanya bagus juga. Bisa masuk list nih buat kunjungan luar negeri selanjutnya
Waktu kemarin ditanya sama orang2 sana sih karena simple Karena banyak orang yang datang bawa dollar jadi mereka menerima aja mata uang itu sampai dijadikan alat tukar yang lumayan resmi.
Terima kasih udah mampir ya.
Paling suka kl sama sejarah gini nih, semoga ke depannya bisa mampir juga ke siem reap
Terima kasih udah mampir, Mas. Aamiin saya doakan semoga bisa ke sini ya suatu saat nanti.
Berwisata ke tempat yang unik di rumpun bangsa yang sama, kayaknya banyak kesamaan budaya dengan bangsa kita, mungkin bisa dipelajari sejarah diantara berbagai kerajaan di sana dengan di nusantara
Yap, bahkan orang sana awalnya kira aku orang Kamboja tau haha
Aku malah ga ke Angkor Watt kemarin. Bagus yaa aslinya daripada yang di film Tomb Raider. Suatu saat ingin balik lagi main ke Kamboja
Aamiin. Salah satu daya tarik yang sayang kalo dilewati soalnya mbak.
baru tau tomb rider shooting di vietnam. Bagus ya lokasinya… pengen keliling asia deh someday. dan vietnam masuk dalam list jalan2 aku
Itu di Kamboja, Kak Inez. Gak baca lengkap nih 😥
Duh ko mata uang negara sendiri ga laku. Baca ulasannya jadi penasaran pengen berkunjung ke sini, semogaa suatu saat bisa berkunjung kesini.
Aamiin… Aku doakan segera ya bisa ke sini.
Keren ya. Angkor Wat. Saya pun kesana gara2 film Thomb Rider. Malah seharian naik sepeda di dalam, tidak naik tuk tuk.
Seharian di dalam pake sepeda? Puanase pol itu Kak di sana haha
daus mainnya jauh aja.. ntu pohon gede-gede banget akarnya
Hanya sedikit jauh itu, mbak. Belom kayak yang lain hehe.
Syg bgt..mata uang negara sndiri terabaikan.. next trip please😊
Itu sungguh disayangkan memang hehe. Next trip, cerita perjalanan aku ke Malaysia ya, Insya Allah. Ditunggu ya 😊
Wah menarik banget nih ulasannya. Mengulik suatu tempat wisata dari sejarah dan keindahannya. Selain Angkor Wat, kemana lagi Kak Daus di Kamboja?
Terima kasih. Kemarin aku kelilingin kota Siem Reap nya terus malamnya pergi ke Phom Penh.
salah satu ciri dari artikel yang gue suka kalo soal travelling, yaitu bisa ngasih liat keunikan yang ada di suatu tempat & tipsnya..
misalnya soal, pas beli tiket di depan Angkor Wat harus gimana, patung2 buddha yang beda pas di Angkor Wat, dll..
another nice post from daus..
Terima kasih! Terima kasih udah mampir ya, Feb. 🙇