Traveling

Menelusuri Kultur Vietnam dan Keindahan Alamnya

Terkadang kita perlu berjalan sedikit jauh dari rumah, ke tempat yang begitu cantik dan belum pernah dikunjungi sebelumnya. Saya tak pernah bilang kalau negeri ini tak cantik dan bukan berarti saya tak cinta dengan negeri ini, tetapi lebih untuk mengerti betapa beruntungnya menjadi Indonesia.

Mungkin saya bukan seperti para pembaca semua yang sudah menjelajahi tempat-tempat indah nan mengairahkan untuk dijamah. Tapi saya bisa bilang kalau perjalanan saya ini cukup membuat saya excited karena ini kali pertama saya menjelajahi Vietnam untuk melihat langsung keindahan alam, budaya dan kulturnya.

Dimulai dengan membeli tiket promo pulang-pergi di salah satu maskapai dengan harga sekitar Rp1.300.000, saya dan tiga travel mate saya, sebut saja Mbak Agnes, Bang Arfen dan Bundo Mei, mulai merencanakan perjalanan. Kami beli tiket promo itu sekitar satu tahun dari hari keberangkatan, lama memang, ya namanya juga tiket promo kali ya. Semenjak dua bulan sebelum hari keberangkatan, kami sibuk mempersiapkan ini itu, mulai dari agenda perjalanan, barang bawaan, hotel dan segalanya. Sibuk dengan pekerjaan masing-masing membuat kami banyak berdiskusi hanya dari grup chat yang kami buat untuk memberikan info dan saling berkonfirmasi satu sama lain.

Hari ke-1: Keberangkatan

Tanggal 17 Juli 2018 malam kami janjian di bandara Soekarno-Hatta International Jakarta untuk berkumpul, karena penerbangan kami akan dimulai tanggal 18 Juli malam dini hari. Siang hari sebelum keberangkatan saya mempersiapkan uang saku sebesar Rp2.500.000 dan menukarkannya ke US Dollar menjadi US$175 (rate tanggal 17 Juli 2018). Disarankan bagi kalian yang ingin ke Vietnam, lebih baik kalian terlebih dahulu menukarkan Rupiah dengan US Dollar, setelah sampai ke Vietnam, baru lah kalian bisa menukarkan dengan Vietnam Dong. Hal ini karena nilai tukar US Dollar lebih bagus apabila kita menukarkan Vietnam Dong di Vietnam ketimbang langsung dari Rupiah ke Vietnam Dong di Vietnam.

Setelah kami semua berkumpul dan mendapatkan boarding pass, kami menuju ke ruang tunggu. Tepat pukul 1:30 dini hari kami take off. Perjalanan tak langsung membawa kami ke Vietnam, kami transit terlebih dahulu ke Malaysia. Dengan memakan waktu 2 jam, kami sampai di bandara Kuala Lumpur International pukul 4:30 pagi waktu Malaysia. Setelah menunaikan ibadah subuh, kami putuskan ke food court untuk sarapan. Waktu transit yang cukup lama, yaitu 7 jam, membuat kami bersantai sejenak di sana.

Pukul 11:30 waktu Malaysia, kami siap bertolak ke Vietnam. Pesawat yang kami tumpangi menepuh sekitar 2 jam kurang perjalanan. Tepat pukul 11:57 kami mendarat dengan selamat di bandara Tan Son Nhat International, Saigon, Veitnam. Waktu di Vietnam tak berbeda dengan waktu di Indonesia, jadi perjalanan kami seperti hanya 1 jam dari Malaysia ke Vietnam. Pendaratan kami di kota Ho Chi Minh, Vietnam itu disambut dengan hujan deras. Saat itu di Vietnam sedang musim penghujan memang. Sesampainya di sana, kami langsung mengurus keimigrasian.

Kemudian kami menukar US Dollar kami dengan Dong Vietnam (VND) di bandara. Nilai mata uang Dong yang lebih kecil dari Rupiah membuat kami mendapatkan nonimal angka yang cukup besar. Kami putuskan untuk membeli paket internet unlimited dengan harga VND178.000 atau senilai Rp110.900an untuk satu minggu. Siang itu sudah memasuki waktu sholat Zuhur, tapi di bandara Tan Son Nhat International tidak ada Mushola, jadi kami putuskan untuk segera ke hotel yang telah kami booking jauh-jauh hari sebelumnya yang terletak di jalan Thu Khoa Huan.

Hal lucu terjadi ketika memesan GrabCar untuk pergi ke hotel. Supir GrabCar yang kami tumpangi tidak bisa bicara bahasa Inggris sama sekali. Waktu itu, kami mulai menghubungi supir GrabCar tersebut melalui layanan obrolan yang ada di aplikasi Grab untuk memastikan dimana keberadaannya. Tentu saja kami menggunakan bahasa Inggris. Namun kemudian, kami mendapat balasannya menggunakan bahasa Vietnam dan kami kebingungan. Untung ada aplikasi Google Translate yang membantu kami. Selama perjalanan pun kami menggunakan layanan percakapan suara di aplikasi tersebut. Gelak tawa pecah ketika kami akhirnya saling mengerti apa yang kami ucapkan ke supir GrabCar itu.

Tiba di Rosa Hotel & Spa Vietnam yang telah kami booking sebelumnya. Hujan yang terus menerus turun membuat masalah di hotel tersebut, yang membuat pihak hotel harus memindahkan kami ke hotel yang lain sebagai kompensasi dari Rosa Hotel & Spa Vietnam. Tak jauh dari hotel itu, hanya satu blok saja, kami sampai di The Lexington Hotel, yang mana kedua hotel itu merupakan satu perusahaan.

Sesampainya di kamar hotel kami bukan istirahat, tetapi kami langsung bersiap, membersihkan badan sekadarnya, melaksanakan ibadah sholat dan bergegas pergi berkeliling kota Ho Chi Minh. Selama perjalan ke hotel tadi, supir GrabCar yang kami tumpangi memberitahu kami, tentu saja dia berkomunasi dengan Google Translate, untuk pergi ke Independence Palace atau Reunification Palace. Dengan bantuan Google Maps, kami menyelusuri setapak demi setapak jalanan kota Ho Chi Minh. Rupanya Independence Palace atau Reunification Palace tak begitu jauh dari hotel kami tinggal, hanya cukup berjalan sekitar 5 menit saja.

Sesampainya di sana, kami diwajibkan membeli tiket masuk sebesar VND40.000 per orang atau sekitar Rp24.900an. Kami menghabiskan waktu dengan melihat ruang-ruang bersejarah dari kemerdekaan Vietnam.

Pelajaran sejarah yang saya dapat dari tempat ini adalah dahulu tempat ini dirancang sebagai kediaman Presiden Ngo Dinh Diem yaitu pimpinan yang didukung oleh Amerika. Pada tahun 1962 beliau terbunuh. Sebelum Saigon (nama lain dari kota Ho Chi Minh) jatuh ke tangan Vietnam Utara pada waktu itu, bangunan bersejarah ini merupakan simbol kekuasaan Pemerintahan Vietnam Selatan. Perang saudara di Vietnam ini juga dapat dilihat dari tank-tank yang digunakan oleh tentara Vietnam Utara ketika menjebol gerbang Independence Palace dari Vietnam Selatan.

 

Ruang Pertemuan di Independence Palace, Ho Chi Minh City.

 

Kami juga sempat mengunjungi Basilika Notre-Dame Saigon yang terletak di pusat kota Ho Chi Minh. Gereja Katedral itu didirikan oleh Perancis yang bertujuan untuk memberikan tempat pelayanan keagamaan bagi para kolonialis Perancis ketika berhasil menaklukan Cochinchina dan Saigon. Di sana kami hanya berfoto di depan gedung Gereja dan kemudian kembali menyelusuri kota.

Bentuk Bangunan Gereja dari Sisi Kanan

 

Tampak Depan Bangunan Gereja

 

Jajan Manisan Mangga di Kawasan Gereja Katedral Basilika Notre-Dame

Sebelum terlalu sore kami sempat pergi ke pasar tradisional terbesar di Ho Chi Minh City, yaitu Pasar Ben Thanh. Perancis membangun pasar ini di tepian Sungai Saigon yang membelah kota. Di sana kami jumpai banyak sekali kerajinan tangan yang dapat dibeli dan dijadikan sebagai buah tangan. Kalau mau belanja di sini, diperlukan keahlian tawar-menawar, ya namanya juga pasar, pasti harganya masih bisa miring, kan?

Sore itu hujan mulai turun, namun sebelum kembali ke hotel, kami sempatkan untuk makan terlebih dahulu sambal berteduh di restoran halal yang terdapat di Kawasan Pasar Ben Thanh itu. Saya lupa nama restorannya, tapi yang saya ingat itu adalah restoran yang pemiliknya adalah orang Malaysia. Jadi tak perlu khawatir kalau berkeliling ke daerah Pasar Ben Thanh, karena lumayan banyak restoran yang menyajikan makanan halal.

Perut kenyang, waktunya pulang. Hujan yang masih terus-terusan mengguyur Ho Chi Minh City membuat kami kebasahan ketika sampai di hotel. Untuk tidak terlalu jauh, karena kawasan hotel kami merupakan kawasan para wisatawan, jadi tempat-tempat wisata dari kota Ho Chi Minh dapat disinggahi hanya dengan berjalan kaki.

Sampai di hotel, waktu sholat Magrib pun tiba. Kami pun membersihkan diri dan menjalankan ibadah Magrib. Ada kejadian lucu yang terjadi di hari pertama kami berwisata di Ho Chi Minh City itu. Karena kami tidak melihat itinerary dengan baik, kami semua nge-blank kalau hari itu kami harusnya bisa menginap semalam di hotel itu. Namun, setelah ibadah Magrib, kami malah check out dari hotel dan bergegas ke bandara Tan Son Nhat Saigon International untuk rencananya bertolak ke kota Hanoi, Vietnam bagian Utara.

Tiba di bandara, kami langsung ke Penerbangan Domestik untuk check in pesawat, dan ternyata kami salah jadwal. Tiket penerbanganya adalah esok harinya, tanggal 19 Juli 2018. Karena sudah malam, kami putuskan untuk booking hotel lagi saja di hotel yang berbeda namun daerah yang sama. Setelah dapat hotel baru dengan harga yang pas, sekitar VND675.000 atau sekitar Rp400.000an untuk satu kamar berempat, kami pesan GrabCar untuk menuju ke Hotel Truong Thinh.

Pukul 8 malam kami tiba di hotel. Saya bisa bilang kalau hotel ini cocok bagi para backpacker, karena dilihat dari maps, hotel ini sangat dekat dengan tempat-tempat wisata yang ada di Ho Chi Minh City. Dengan harga yang murah dan fasilitas yang lengkap, kami berempat puas dengan pelayanannya.

Sebelum istirahat, kami pergi ke agen tour & travel di depan hotel untuk memesan trip ke Cu Chi Tunnel. Dengan membayar VND270.000 atau Rp168.260 per orang untuk One Day Trip ke sana. Karena perjalanan ke sana yang cukup jauh, kami diharuskan sudah standby di depan hotel pukul 7:30 pagi untuk dijemput tour bus.

Hari ke-2: Pergi ke Cu Chi Tunnel.

Pagi-pagi sekali kami bersiap. Sebelum jalan, kami sarapan terlebih dahulu yang sudah disiapkan oleh pihak hotel. Kami sarapan mie khas Vietnam yaitu Pho. Penganan tradisional pagi itu disajikan dengan air kaldu ayam yang disiramkan di mie pho yang terbuat dari tepung beras. Pho adalah penganan asli kota Hanoi kemudian menyebar ke daratan selatan Vietnam. Ada dua jenis pho, yaitu ayam dan sapi, tapi pagi itu pihak hotel menyajikan kami pho ayam.

Proses Masak Chicken Pho

Pukul 7:30 pagi kami sudah siap di depan hotel dan sudah dijemput dengan bus untuk pergi ke Cu Chi Tunnel. Setelah bus menjemput beberapa orang lain dari tempat yang berbeda, kami mulai perjalanan. Ditemani oleh tour guide, perjalanan menuju Cu Chi Tunnel selalu diselangi dengan cerita tour guide yang menceritakan sejarah tentang Cu Chi Tunnel secara singkat.

Menempuh jarak 46 km atau sekitar 1 jam 15 menit, akhirnya kami sampai juga di sana. Setelah mendengarkan instruksi singkat dari tour guide-nya, kami dibagikan tiket masuk satu per satu. Selama kunjungan kami ke sana, tour guide tak hentinya menceritakan setiap sudut dari terowongan yang dibuat oleh tentara Vietnam ketika melawan Amerika. Mendapat informasi dari tour guide, Cu Chi Tunnel adalah sebuah sistem terowongan yang panjang aslinya adalah lebih dari 200 km, namun hanya sekitar 120km yang masih diawetkan.

Pada zaman dahulu, terowongan ini memiliki ruangan-ruangan yang digunakan untuk pertemuan, kamar tidur, dapur hingga rumah sakit. Bahkan ada seperti beberapa ruang jebakan-jebakan untuk para musuh. Cu Chi Tunnel itu seperti saksi bisu dari kisah-kisah nostalgik nan heroik dari para tentara Vietnam selama perang untuk memperjuangankan Tanah Air mereka. Menurut saya, Cu Chi Tunnel merupakan tempat wisata yang wajib dikunjungi bagi kalian yang suka sejarah. Penjelajahan itu diakhiri dengan jamuan makan singkong dan secangkir kecil teh yang rasanya khas sekali.

Siang hari, tepat pukul 14:00 waktu Vietnam, bus kami sempatkan mampir untuk makan siang. Karena Bundo Mei membawa Rendang sebagai bekal kami dari Indonesia, jadi siang itu kami hanya membeli nasi putih untuk mengisi perut kami. Setelah makan siang, kami lanjutkan perjalanan kembali ke Ho Chi Minh City.

Pukul 16:00 kami tiba di hotel. Setelah mengistirahatkan badan sejenak di lobi dan melaksanakan ibadah, kemudian kami putuskan untuk pergi berkeliling kota Ho Chi Minh di sekitar hotel. Kota Ho Chi Minh di sore itu sangat padat, terlihat beberapa persimpangan di sana dipenuhi kendaraan dan orang-orang yang beraktivitas. Karena malam hari nanti kami akan terbang ke Hanoi, kami putuskan untuk membeli makanan di restoran halal sebelum pergi ke bandara. Restoran itu bernama Saigon Green House Restaurant, terdapat di Kawasan Truong Dinh.

Saya dan Jameela, Salah Satu Warga Vietnam beragama Islam.

 

 

Pukul 18:00 kami kembali di hotel untuk mengambil barang kami dan siap pergi ke bandara. Sampai 1 jam kemudian kami tiba di bandara dan menuju ke Penerbangan Domestik untuk check in dan mendapatkan boarding pass. Pukul 21:35 waktu setempat, pesawat kami bertolak ke Hanoi. Kami boarding ke pesawat 30 menit sebelum take off. Saya duduk terpisah kursi dari tiga travel mate saya, dan duduk dengan dua orang warga lokal. Saya berkenalan dengan mereka, namanya Tin dan Thu, warga Hanoi yang bekerja di Ho Chi Minh City. Selama obrolan kami di pesawat, saya banyak bertanya tentang perbedaan kultur orang Hanoi dan Ho Chi Minh City, dan saya mendapatkan informasi dari Tin kalau orang-orang Ho Chi Minh City bicara lebih jelas ketimbang orang-orang Hanoi sementara kultur di Kota Hanoi lebih tradisional daripada kultur Ho Chi Minh City.

Selama obrolan saya dengan Tin dan Thu, tak terasa waktu mendarat pun datang. Menempuh waktu sekitar 1, 5 jam kami akhirnya tiba di Hanoi International Airport jam 23:30. Karena sudah terlalu malam, kami harus segera memesan GrabCar dan menuju hostel yang telah kami booking sebelumnya.

Hari ke-3: Tiba di Kota Hanoi dan Telusur Ha Long Bay.

Selama perjalanan kami ke hostel itu, saya melihat jalanan yang sangat sepi untuk ukuran ibu kota negara. Kota Hanoi tak hanya sepi malam hari itu, tetapi bagi saya, udaranya cukup lebih dingin daripada Ho Chi Minh City. Tepat dini hari, kami tiba di Little Hanoi Hostel. Kami check in dan beristirahat.

Pagi harinya kota Hanoi diguyur hujan. Udara setempat pun semakin dingin. Kami putuskan untuk sarapan. Hari ketiga kami di Vietnam, kami akan berkunjung ke Halong Bay. Kami mendapat informasi soal tour dari hostel untuk pergi ke Ha Long Bay. Dengan membayar US$35 per orang untuk satu hari atau sama dengan Rp504.500an, kami dijemput tour guide pagi itu. Pukul 7:30 kami jalan ke Ha Long Bay. Berkenalan dengan Lily, tour guide kami selama tour Ha Long Bay, kami mendapat informasi tentang kota Hanoi dan Ha Long Bay.

Bersama Lily, Tour Guide Selama di Ha Long Bay, Hanoi.

Jarak yang cukup jauh dari Kota Hanoi, kami menempuh waktu 3 jam perjalanan. Selama perjalanan, kami habiskan tidur. Pukul 11:00 kami tiba di Ha Long Bay yang terletak di Provinsi Quang Ninh. Keadaan di pintu masuk pelabuhan cukup ramai pengunjung dan beruntungnya cuaca cerah sekali ketika sampai di sana. Setelah dibagikan tiket masuk satu per satu, kami masuk dan naik kapal untuk berlayar selama di sana. Sebelum menikmati indahnya Ha Long Bay, kami disuguhi makan siang terlebih dahulu. Santapan makan siang khas Vietnam pun kami santap dengan lahap. Di tengah perjalanan, kami mulai disuguhi dengan pulau-pulau yang menjulang tinggi.

Makan Siang Bersama di Kapal Selama Tour di Ha Long Bay

 

Suasana Pelabuhan di Ha Long Bay

Ha Long Bay memiliki 1.600 pulau besar dan beberapa pulau kecil. Pulau-pulau tersebut berbentuk gumpalan batu kapur putih yang indah dan menakjubkan. Karena bentuk pulau yang terjal dan tandus, pulau-pulau itu tidak layak dihuni jadi hanya bisa kita nikmati keindahannya. Memang, keindahannya Ha Long Bay bisa dinikmati sambil berfoto-foto dari sisi mana saja, namun akan lebih indah dari udara dengan menggunakan drone.

Keindahannya tak sampai di situ, satu paket dengan tour, kami dapat memilih antara naik bamboo boat atau naik sampan kayak. Karena kami berempat, kami putuskan untuk naik bamboo boat untuk menikmati setiap sudut Ha Long Bay. Dayungan demi dayungan si Ibu pendayung bamboo boat itu mengantarkan kami ke setiap sudut Kawasan Ha Long Bay. Keindahan telihat sangat jelas di sana. Pulau-pulau berbentuk tebing yang menjulang menjadi panorama yang menakjubkan untuk dipandang. Kalian harus harus ke sini dan menyaksikan langsung!

Tak kami sia-siakan waktu, kami langsung mengambil kamera kami masing-masing dan mulai mengabadikan momen tersebut. Menakjubkan sekali pemandangannya. Si Ibu pendayung itu pun seperti ikut menikmati pemandangan raut wajah kami yang terlihat takjub.

Panorama Ha Long Bay

 

Indahnya Tebing-Tebing di Ha Long Bay

 

Sekitar 20 menit kami berkeliling di perairan Ha Long Bay. Si Ibu pendayung itu pun mengantar kami ke pinggir untuk naik ke kapal besar untuk melanjutkan ke spot berikutnya. Lily, tour guide kami, sudah menunggu di tepian. Kami naik kapal besar itu dan lanjut ke Hang Dau Go Cave. Hang Dau Go Cave adalah sebuah terbesar di Ha Long Bay. Goa yang terletak di pulau batu kapur yang berjarak sekitar 8 km arah selatan Bai Chay ini konon telah tercipta sekitar kurang lebih 2 juta tahun lalu.

Stalagmit dan Stalagtit di Hang Dau Go Cave

 

Goa ini syarat akan sejarah bangsa Vietnam. Terlihat dari beberapa sudut yang diyakini memiliki hubungan sejarah pada waktu zaman Panglima Tran Hung Dao yang menyimpan senjata pada perang Vietnam dahulu, di antaranya adalah beberapa stalagmit dan stalagtit yang seolah berbentuk wajah manusia, kuda, dan makhluk lainnya. Dengan lihai Lily menjelaskan tiap sejarah dari goa tersebut.

Pemandangan luar biasa menunggu kami di luar pintu goa. Terdapat pemandangan menakjubkan di mana terlihat jelas pemandangan dari Ha Long Bay. Kita bisa berfoto dengan latar belakang perbukitan karst, dan kapal-kapal pesiar khas Ha Long Bay yang bersandar di dermaga pulau.

Pemandangan di Pintu Belakang Hang Dau Go Cave

Senja mulai menyapa hari kami. Waktunya kami pulang ke hotel. Lelah kami di hari ketiga penelusuran kultur Vietnam ini terbayar dengan keindahan Ha Long Bay yang sulit terlupakan.

 

Firdaus Soeroto

He is the second child of three children coming from a humble family background, and he is feeling blessed to be where and what he is today.

Related Articles

21 Comments

  1. “Disarankan bagi kalian yang ingin ke Vietnam, lebih baik kalian terlebih dahulu menukarkan Rupiah dengan US Dollar, setelah sampai ke Vietnam, baru lah kalian bisa menukarkan dengan Vietnam Dong. Hal ini karena nilai tukar US Dollar lebih bagus apabila kita menukarkan Vietnam Dong di Vietnam ketimbang langsung dari Rupiah ke Vietnam Dong di Vietnam.”

    What a nice tip you’ve shared. Appreciate it!

  2. Selain halong bay yang hits itu di vietnam utara ada destinasi lain juga yg dapat di kunjungi. Ini pergi bulan apa ya. Pemandangan di halongnya lagi bagus. Liat foto temen halongnya biasa aja. Dan kesaksian diapun katanya masih bagusan pulau seram.

    Menurutku sih setiap tempat punya pesona unik masing masing

    1. Oh ya? dimana itu selain Ha Long Bay? Ini saya pergi bulan Juli kemarin. Cuaca di sana sedang musim hujan bulan Juli itu, tapi pas ke Ha Long Bay kemarin alhamdulillah cuacanya lagi mendukung banget. Setuju kalau setiap tempat pasti punya pesonanya sendiri-sendiri.

  3. ahhh suka banget yang Ha Long Bay! makasih buat sharing experience nya di Vietnam kak. Bisa jadi referensi nih kalau mau traveling kesana 🙂

  4. Akibat gak baca itinerary, harus booking hotel lagi.
    BTW, sekamar beneran boleh empat orang? Kalau gak ada fasilitas extra bed, rugi dong hotelnya hehehe…

    1. Kebetulan pilih kamar yang family dan harganya cukup murah untuk berempat. Dengan fasilitas lengkap, kami cuma bayar 100rb per orang haha.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button