Traveling

Indahnya Horizon di Ujung Kulon

Pulau Peucang, Ujung Kulon.

Sudah satu tahun lebih lalu sebenarnya, tapi ketika kemarin buka galeri foto di handphone, saya jadi kangen dengan perjalana ke Ujung Kulon.

Perjalanan ini merupakan perjalanan pertama yang saya lakukan di tahun 2017 kemarin sekaligus perjalanan perdana bersama komunitas baru saya, Backpacker Jakarta. Setelah mengikuti prosedur pertama dengan transfer uang share cost sebesar Rp390,589 dan resmilah saya menjadi peserta trip ke Ujung Kulon. Trip dengan biaya yang cukup murah yang mencakup transportasi selama di sana.

Hari berangkat pun tiba. Jumat malam, 4 Agustus 2017, selepas pulang bekerja, saya dan rombongan berkumpul di basecamp Backpacker Jakarta (BPJ) dibilangan Cawang, Jakarta Timur. Sekitar pukul 9:30 malam kami mulai perjalanan kami yang ditemani dua kakak CP, Kak Aya dan Kak Apri, yang siap membimbing selama perjalanan. Dengan naik bus perjalanan kami lakukan menuju Desa Sumur di ujung barat pulau Jawa yang ditempuh sekitar 7 jam perjalanan. Medan jalan yang cukup bergelombang sering membuat kami tebangun dari istirahat selama naik bus. Perjalanan 28 orang ini kami lakukan dengan menyewa 2 bus dan tiba lah kami di dermaga Desa Sumur sekitar pukul 5 pagi. Udara dingin yang menusuk tulang membuat kami kedinginan yang amat sangat. Angin bertiup kencang pada saat itu tidak menghalangi kami untuk mangambil air wudhu dan melaksanakan Ibadah pagi.

Baca juga: Pantai Tegal Wangi dan Pesona Surgawinya

Sebelum melanjutkan perjalanan, kakak CP mengatur untuk membuat lingkaran untuk perkenalan. Di sesi perkenalan itu, saya sedikit banyak mulai mengenal para peserta trip lain. Pukul 6 pagi saya dan rombongan siap menyebrangi dari dermaga Desa Sumur menggunakan perahu bermesin sederhana untuk menuju ke Pulau Peucang, Ujung Kulon. Perjalanan menyebrangi teluk Paraja itu memakan waktu 3 jam dan tibalah kami di pulau Peucang sekitar pukul 9 pagi. Sesampainya di sana kami di hadiahi dengan panorama yang memanjakan penghilatan. Hamparan air laut yang tenang dan warna biru khas laut sangat memberi kesan yang menakjubkan. Pasir putih di sepanjang pantai memberi kelengkapan dari keindahan laut di Pulau Peucang itu.

Pulau Peucang, Ujung Kulon.

Setelah berfoto-foto ria bersama di pantai itu, tak memakan waktu lama, langsung kami siap tracking menyelusuri kawasan yang merupakan salah satu taman nasional di Indonesia itu. Selama penyusuran, kami bertemu beberapa hewan liar yang sengaja dibiarkan lepas, seperti rusa dan kadal besar Jawa.

Pantai Pulau Peucang

 

Pantai Pulau Peucang

 

Rusa Hutan di Ujung Kulon

Tepat pada satu titik berkumpul, yaitu di pohon yang sangat terkenal dengan diameternya yang besar yaitu pohon Kiara. Konon, pohon ini berusia satu abad lebih tumbuh di hutan Pulau Peucang, Kabupaten Pandeglang, Banten. Pohon ini memiliki nama latin Ficus Benjamina L disebut juga pohon spektakuler yang memiliki diameter luar biasa sama dengan lingkaran yang dibuat oleh lebih dari 30 manusia dewasa. Pohon Kiara juga dikenal sebagai “pohon mencekik” karena menyerap sumber daya dari pohon inang seakan perlahan “mencekik” pohon inang sampai akhirnya mati. Buah dari pohon Kiara dikonsumsi dan dibawa oleh primata dan burung yang kemudian menjatuhkan sisa-sisa di cabang-cabang pohon inang. Seiring waktu bibit pohon Kiara akan tumbuh pada cabang-cabang serta akar-akarnya yang akan terus tumbuh ke bawah sampai mereka mencapai tanah. Akar akan terus tumbuh sampai pohon inang mati dan digantikan sepenuhnya oleh Pohon Kiara.

Penampakan Akar Pohon Kiara

 

Sesi Foto bersama anak-anak trip Ujung Kulon part 9

Di ujung peristirahatan kami, kami duduk di ujung tebing dengan menghadap panorama laut lepas di ujung Pulau Peucang itu. Hamparan laut dengan ombak yang cukup deras karena angin yang bertiup kencang. Setelah cukup beristirahat dan menyantap makanan yang dibawa, kami kembali ke pantai ujung Pulau Peucang dan siap berlayar lagi untuk pergi ke spot snorkeling. Di bawah permukaan air yang jelas, taman karang mempesona dengan makhluk laut mereka beragam adalah tempat yang sempurna untuk snorkeling di tepi pantai atau menyelam di berbagai tempat menyelam. Sayangnya, ombak di laut itu cukup deras waktu itu. Saya memutuskan untuk naik ke kapal lagi. Tapi bagi kamu gemar ber-snorkeling, Ujung Kulon bisa jadi salah satu tempat yang keren untuk dijamah.

Matahari mulai terbenam. Saya dan rombongan pun memutuskan untuk pergi ke sebuah pulau dekat Pulau Peucang tersebut. Saya lupa nama pulaunya, tapi yang pasti perlu waktu sekitar 15 menit menyusuri ke dalam hutan dengan 1 orang penduduk asli dan 2 orang nahkoda kapal yang kami tumpangi selama disana. Sampai di tempat yang tepat, ada aliran sungai di sana. Kami segera mendirikan tenda karena hari sudah cukup malam. Setelah tenda berhasil berdiri, beberapa dari kami mandi dan sisanya menyiapkan makan malam.

Itu adalah pertama kali bagi saya merasakan mandi di aliran sungai dengan suasana di tengah hutan yang minim penerangan. Hutan yang cukup lebat, bahkan sinar bulan pun tak mampu menembus dedaunan yang rindang dari pohon-pohon tersebut.

Malam yang dingin tersebut kami hangatkan dengan kebersamaan kami menyantap makan malam yang kami siapkan. Nasi putih dengan lauk mie goreng instan 20 bungkus, nugget ayam serta sayuran tumis yang kami masak sudah cukup membuat kami gembira. Dengan lahap kami habiskan makan malam itu. Setelahnya, waktu kami untuk berkumpul lagi dengan berbincang-bincang mengenai trip esok hari dan perkenalan lebih dalam sesama peserta trip.

Malam semakin larut.

Waktunya tidur.

Kalau kamu suka bermalam dengan gaya backpacker-an di dalam hutan, trip Ujung Kulon dari Backpacker Jakarta bisa jadi pilihan tepat. Karena kami hanya tidur dengan tenda dan keadaan yang seadanya. Namun keseruan dari masing-masing orang di trip Ujung Kulon saat itu yang terus membuat keadaan hangat dan mencairkan suasana.

Malam itu kami tidur dengan ditemani suara burung hantu dan hewan-hewan nocturnal lainnya serta suara gemericik air dari sungai kecil yang airnya terus mengalir kearah timur yang terbentur bebatuan di tepi sungai itu.

Kalau ditanya serem apa enggak? Menurut saya, enggak sama sekali! Malah seru banget! Itu pengalaman pertama saya untuk backpacker-an dan bermalam dengan keadaan kayak gitu.

Pagi.

Sejuk.

Sinar sang surya yang terbit sedikit berhasil menembus rimbunnya dedaunan pohon di hutan itu. Kami mandi kemudian menyiapkan makan pagi dan bekal selama perjalan hari kedua di Ujung Kulon.

Suasana sarapan pagi di camp

Sekitar pukul 10 kami telah berkemas dan siap meng-explore indahnya horizon di Ujung Kulon. Panorama mentari dengan sinarnya yang luar biasa bisa kami saksikan di padang rumput dekat hutan itu. Terdapat padang rumput yang rupanya disana kami juga bisa menyaksikan sekumpulan rusa, anoa dan ada juga sapi mungkin jadi itu milik warga sekitar.

Setelah berfoto-foto ria, kami mulai menyelusuri jalan setapak dari hutan dan menemukan jalan keluar dengan pemandangan tepi laut. Dan kami kembali memulai perjalanan hari kedua di Ujung Kulon dengan pergi ke spot snorkeling lainnya. Spot ke dua ini terdapat patung badak di dasar laut yang merupakan hewan khas Ujung Kulon yang dilindungi di sana.

Kami habiskan hari kedua itu dengan menuju pulau Oar dan menyantap makan siang disana. Setelah makan siang, kami mulai lagi aktifitas snorkeling kami di pulau Oar. Panorama keindahan pulau Oar yang Masya Allah kerennya akan memanjakan setiap detik bola mata memutar melihat keagungan Tuhan.

Waktu menunjukan pukul 3 sore, sinar matahari petang pun mulai berkuasa menyinari keadaan sekitar. Horizon di Ujung Kulon seketika berubah menjadi warna jingga kemerahan. Perahu mesin kami pun mulai bertolak ke Desa Sumur.

Kami tiba lebih cepat di dermaga Desa Sumur. Akhirnya kami putuskan istirahat sejenak dan beribadah sore. Sehabis ibadah sore itu kami mulai melakukan perjalanan ke Jakarta. Lelah badan selama traveling disana membuat kami habiskan dengan tidur selama perjalanan pulang.

Hari Senin, 7 Agustus 2017, pukul 1 dini hari kami tiba di Sekretariat Backpacker Jakarta. Kami berpamitan dan kemudian kami menuju kediaman masing-masing. Kesan yang tak telupakan telah bertemu dengan orang-orang baru dan berpetualang dengan gaya baru… Backpaker-an.

Firdaus Soeroto

He is the second child of three children coming from a humble family background, and he is feeling blessed to be where and what he is today.

Related Articles

24 Comments

  1. Kakkk… indah banget ya horizon Ujung Kulon khususnya dan panoramanya mengesankan sekali, terutama untuk saya yang suka jepret jepret.
    sayangnya ketika saya ke sana, udara mendung dan berhujan, arus laut pun lagi ndak bersahabat. Terimakasih untuk tulisannya yang cukup mengobati kekecewaan saya saat itu…

  2. Pohonnya keren, ujung kulon cuma baru dengar namanya saja, semoga bisa juga kesana. Memang seru ya camping cuma kalo saya suka kepikiran kalo mau pipisnya itu dimana hahah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button